Bunda Maria 1

Share
(lanjutan dari Bunda Maria)
Bahkan mengenai silsilah Yusuf situkang kayu itupun terdapat kontradiksi, dimana dalam Lukas pasal 3 ayat 23 disebutkan sebagai putera dari Eli sedangkan menurut Matius pasal 1 ayat 16 dinyatakan sebagai putera dari Yakub.
Eliud memperanakkan Eleazar, Eleazar memperanakkan Matan, Matan memperanakkan Yakub, Yakub memperanakkan Yusuf suami Maria, yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus. Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus. - Matius 1 ayat 15 s/d 17
Ketika Yesus memulai pekerjaannya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf - Lukas 3 ayat 23 s/d 24
Nama dan cerita mengenai diri Yusuf si tukang kayu yang didalam alkitab disebut-sebut sebagai suami Maryam justru sama sekali tidak mendapatkan validitas sedikitpun meski dalam satu ayat didalam kitab al-Qur'an, sebaliknya al-Quran hanya menonjolkan kesucian dan ketokohan pribadi Maryam dan Isa al-Masih.
Kembali pada kisah Maryam diawal pembahasan, hak asuh Maryam ada dibawah pengawasan Nabi Zakaria didalam rumah peribadatan. Sebagai orang yang membesarkan dan mengasuhnya sejak kecil, secara logika, semua kebutuhan sandang pangan Maryam pasti disiapkan oleh Zakaria dan keluarganya, tidak ada kebutuhan-kebutuhan primer dan skunder Maryam terpenuhi secara abrakadabra (terjadi spontanitas bagaikan dalam sulap dan sihir). Tentunya setiap hari kebutuhan akan makanan dan minuman diantarkan kepada Maryam, begitu pula dengan kebutuhan pakaian, obat-obatan dan sebagainya sesuai kebutuhannya selama ia tinggal disana.
Inilah kiranya yang menjadi awal dari keanehan Zakaria terhadap Maryam, sebab setiap kali ia menemuinya dimihrab, Zakaria pasti menemukan makanan lain diluar dari apa yang disiapkan oleh keluarganya, kejadian ini terus berulang dan berulang, sampai akhirnya Zakaria mengajukan pertanyaan kepada Maryam :
Zakariya bertanya : "Hai Maryam dari mana engkau memperolehnya ?" ; Maryam menjawab:"Semuanya itu dari sisi Allah, Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki tanpa pilih kasih." - Qs 3 ali Imran : 37
Sebelum kita membahas lebih jauh, adalah maklum bagi kita bahwa kalimat jawaban dari Maryam diatas adalah umum sekali. Saat kita mendapatkan rezeki, entah itu berupa makanan, uang, kedudukan dan kesenangan lainnya, kita akan mengatakan bahwa semuanya datang dari sisi Allah. Sehingga kalimat Maryam ini tidak perlu kita tafsirkan pada hal-hal yang bersifat luar biasa dan irrasional. Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar III/293 menulis sehubungan dengan ayat ini :
"Bahwa ayat tersebut tidak menjelaskan jika rezeki yang datangnya dari sisi Allah itu suatu hal yang mustahil diakal dan menyalahi kebiasaan.....al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad adalah suatu kitab yang mudah dan jelas untuk dimengerti oleh siapa saja tanpa menghabiskan tenaga dengan penjabaran yang berbelit-belit atau mempergunakan arti yang menyalahi kebiasaan."
Kita harus ingat bahwa rumah peribadatan tidak hanya digunakan sebagai tempat melakukan sholat berupa ruku dan sujud semata, namun juga berfungsi sebagai tempat untuk berkumpul, berdakwah dan menyantuni orang-orang yang dalam perjalanan atau mereka-mereka yang tinggal dan mengurus tempat ibadah tersebut sebagaimana berlaku pada kaum sufa dimasjid Madinah pada jaman kenabian Muhammad, hal ini tentunya sudah menjadi kebiasaan yang diwariskan oleh para Nabi dan Rasul sepanjang masa seiring dengan perintah Tauhid dan Sholat itu sendiri (ingat bahwa perintah zakat pun sudah ada sejak sebelum Muhammad menjadi Nabi, bukti bahwa Nabi Ismail dan Nabi Isa al-Masih sendiri sebagaimana disitir oleh al-Qur'an memiliki kewajiban menunaikan zakat.
Dia menjadikan aku orang yang berbakti dimana saja aku berada dan Dia mewajibkan aku Sholat dan zakat selama aku hidup - Qs. 19 Maryam 31
Dan ingatlah cerita mengenai Ismail yang ada didalam kitab, sungguh dia adalah orang yang benar dalam berjanji dan ia salah seorang Rasul dan Nabi, dia menyuruh ahlinya (keluarga dan umatnya) untuk melakukan sholat dan berzakat, dan dia adalah orang yang diridhoi disisi Tuhannya. - Qs. 19 maryam 54 s/d 55
Zakat artinya menyisihkan sedikit bagian dari rezeki yang kita miliki bagi kepentingan orang lain yang memang dirasakan membutuhkannya. Dalam kasus Maryam tadi maka adalah sesuatu hal yang bisa diterima dengan baik apabila rezeki yang ada diterimanya yang menjadi pertanyaan dari Zakaria adalah dari hasil pemberian orang-orang atau jemaah tempat ibadah dimana dia tinggal. Tentunya Zakaria tidak setiap menit berada disisi Maryam sehingga dia mengetahui apa, darimana dan siapa yang memberikannya itu.
Kita harus mampu berpikir luas didalam memahami ayat-ayat al-Qur'an, sebab al-Qur'an bukan seperti buku cerita yang isinya saling sambung menyambung antara satu ayat dengan ayat yang lain, apabila anda melihat terjemahan secara letterlyknya maka ayat-ayat al-Quran pun sering menyatukan satu kalimat yang sebenarnya tidak diucapkan oleh subyek yang sama, dan memang seperti itulah sebagian dari gaya al-Qur'an bercerita. Kita harus melepaskan pemikiran penuh keajaiban dalam roman Harry Poeter, komik Doraemon atau dongeng-dongeng alkitabiah didalam memahami maksud ayat-ayat al-Quran agar bisa menerimanya dengan wajar, mari kita gunakan akal untuk memahaminya.
Akal adalah sebuah perlengkapan manusia yang memiliki nilai yang tinggi. Akal pulalah yang membedakan antara manusia dengan binatang. Pada manusia, akal berfungsi untuk membuat analisa-analisa logis sebagai dasar bagi pengambilan keputusan. Dengan demikian, akal juga memiliki nilai-nilai khusus. Nilai-nilai ini digunakan sebagai sebagai suatu ketetapan-ketetapan. Ketetapan-ketetapan atau hukum-hukum atau penilaian-penilaian yang ditetapkan oleh akal disebut sebagai HUKUM AKAL dalam ilmu tauhid.

No comments:

Post a Comment