Menalkini Orang yang Sakaratul Maut

Share
Bagaimana sikap kita yang benar dalam menghadapi orang muslim yang sedang sakaratul maut? Berikut kami salinkan penjelasan dari Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani, dalam kitabnya Ahkaamul Janaa’iz wa Bid’ihaa edisi Indonesia Tuntunan Lengkap Mengurus Jenazah. hal.27-29 Gema Insani Press



  1. Apabila seseorang tengah menghadapi sakaratul maut, hendaknya orang-orang yang ada di sekitarnya melakukan hal-hal sebagai berikut.
    • Menalkin dengan syahadat, sesuai sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,

      “Talkinilah orang yang akan wafat di antara kalian dengan, “Laa illaaha illallah”. Barangsiapa yang pada akhir ucapannya, ketika hendak wafat, ‘Laa illaaha illallaah’, maka ia akan masuk surga suatu masa kelak, kendatipun akan mengalami sebelum itu musibah yang akan menimpanya”. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

      Artinya : “Siapa saja yang wafat sedang ia meyakini bahwasanya tidak ada tuhan selain Allah, maka ia masuk surga”.

      Artinya : “Barangsiapa yang meninggal sedangkan ia tidak menyekutukan Tuhan dengan sesuatu apa pun, maka ia masuk surga” [Hadits Riwayat Imam Muslim]
    • Hendaklah mendo’akannya dan janganlah mengucapkan dihadapannya kecuali kata-kata yang baik, berdasarkan hadits yang diberitakan oleh Ummu Salamah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda.

      Artinya : “Apabila kalian mendatangi orang yang sedang sakit atau orang yang hampir mati, maka hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang baik-baik karena para malaikat mengamini apa yang kalian ucapkan” [Hadits Riwayat Imam Muslim. Al-Baihaqi, dan lain-lain.
  2. Menalkin yang dimaksud bukanlah melafalkan syahadat dan memperdengarkan di hadapan orang yang sudah mati, akan tetapi yang diperintahkan adalah untuk membimbing orang yang sedang sekarat untuk mengucapkannya. Bukan seperti yang banyak dilakukan orang di masa sekarang, mereka berkumpul membaca tahmid dan takbir serta Laa ilaaha illallaah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang dikisahkan oleh Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu ia berkata,

    "Suatu ketika Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menengok salah seorang yang sedang sakit keras dari kalangan Anshar, lalu berkatalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada orang Anshar tersebut, 'Wahai Paman, ucapkanlah tidak ada tuhan selain Allah' Orang itu bertanya, 'Kerabat ibumu ataukah saudara ayahmu?' Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, 'Bahkan kerabat ibuku'. Orang sakit itu bertanya lagi, 'Apakah lebih baik untukku mengucapkan Laa ilaaha illallaah?. Nabi menjawab, Benar" [Hadits Riwayat Ahmad dengan sanad yang shahih sesuai persyaratan Muslim]
  3. Adapaun membacakan surat Yasin di hadapan orang yang sudah meninggal sambil menghadapkannya ke arah kiblat, tidak ada satu hadits shahih yang dapat dijadikan panutan. Bahkan Sa’id Ibnul Musayyab (imam para tabi’in, penj) menyatakan makruh menghadapkannya ke arah kiblat. Sa’id pernah berkata sambil mengingkari, “Bukankah ia (sang mayat) seorang muslim?”.

    Kemudian Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannif (IV/76) mengisahkan dari Zar’ah bin Abdurrahman bahwa ia telah menyaksikan Sa’id ibnul Musayyab yang tengah sakit dan di sisinya Abu Salamah bin Abdurrahman. Sa’id ibnul Musayyab pingsan sehingga Abu Salamah memerintahkan untuk mengalihkan tempat tidur Sa’id Ibnul Musayyab menghadap arah kiblat. Ketika Sa’id siuman ia berkata, “Kalian telah mengalihkan tempat tidurku?” Mereka menjawab, “Benar”. Sambil melihat ke arah Abu Salamah, Sa’id Ibnul Musayyab berkata, “Aku lihat ini karena pengetahuannmu”, Abu Salamah menjawab. “Akulah memang yang memerintahkan mereka untuk mengalihkannya”. Said Ibnul Musayyab kemudian menyuruh mengembalikan tempat tidurnya ke arah semula.



MIN PLUS
Masukkan Email Anda untuk berlangganan Artikel Gratis:

No comments:

Post a Comment