Isa Al-Masih 5

Share
(lanjutan dari Isa Al-Masih 4)
Bagaimanapun periode penciptaan langit-langit dapat terjadi bersama dengan dua periode penciptaan bumi.

Didalam Al Quran, hanya terdapat satu paragraf yang menyebutkan urutan antara kejadian-kejadian penciptaan secara jelas, yaitu antara ayat 27 s/d ayat 33 Surah An-Naazi'aat.

Apakah kamu yang lebih sulit penciptaannya ataukah langit [planet-planet] itu ? Allah telah membangunnya, Dia meninggikan bangunannya [mengatur jarak orbit masing-masing] lalu menyempurnakannya, dan Dia menjadikan malamnya gelap, dan menjadikan siangnya terang. Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. Ia memancarkan darinya air, dan tumbuh-tumbuhannya. Dan tenaga alamiah dipancangkan-Nya dengan teguh, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu."
(QS. 79:27-33)

Perincian nikmat-nikmat dunia yang Allah berikan kepada manusia, yang diterangkan dalam bahasa yang cocok bagi petani atau pengembara (nomad) didahului dengan ajakan untuk memikirkan tentang penciptaan alam. Akan tetapi pembicaraan tentang tahap Tuhan menggelar bumi dan menjadikannya cocok untuk tanaman, dilakukan pada waktu pergantian antara siang dan malam telah terlaksana.

Jelas disini bahwa ada dua hal yang dibicarakan: kelompok kejadian samawi dan kelompok kejadian-kejadian dibumi yang diterangkan dengan waktu. Menyebutkan hal-hal tersebut mengandung arti bahwa bumi harus sudah ada sebelum digelar dan bahwa bumi itu sudah ada ketika Tuhan membentuk langit.

Dapat kita simpulkan bahwa evolusi langit dan bumi terjadi pada waktu yang sama, dengan kait mengkait antara fenomena-fenomena. Oleh sebab itu tidak perlu pula kita memberi arti khusus mengenai disebutkannya kata bumi sebelum langit atau langit sebelum bumi dalam penciptaan alam. Tempat kata-kata tidak menunjukkan urutan penciptaan.

Bertolak dari sini, maka ayat yang berbunyi :

Izqolallahu ya'Isa Inni mutawaffika warofi'uka, Artinya : Ketika Allah berkata: "Hai 'Isa ! Sesungguhnya Aku akan mewafatkanmu dan akan mengangkat kamu kepadaKu, bisa juga bermakna demikian :

Izqolallahu ya'Isa Inni rofi'uka illa wamutawaffika, yang artinya menjadi : Ketika Allah berkata: "Hai 'Isa ! Sesungguhnya Akulah yang mengangkatmu kepadaKu dan yang mewafatkanmu.

Selain itu juga ada pendapat yang mengatakan bahwa kata "Mutawafa" adalah mati dalam arti tidur untuk diangkat kelangit, sehingga ayat tersebut bermaknakan "Inni munimuka warofi'uka Illa" (Sesungguhnya Aku menidurkanmu dan mengangkatmu kepadaKu)

Hal ini juga berdasarkan dalil bahwa didalam AlQur'an juga terdapat pemutlakan kata wafat untuk makna tidur, seperti dalam firman Allah :

Wahualladzi yatawaffakum billayli waya'lamuma jarohtum binnahari
Dan Dialah yang memegang/menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan di siang hari.
(QS. 6:60)

Allah memegang jiwa-jiwa ketika matinya dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya; lalu ditahanNya jiwa yang telah ditetapkan kematiannya dan dilepaskanNya yang lain sampai satu masa yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.
(QS. 39:42)

Didalam AlQur'an dibenarkan memutlakkan kata wafat untuk tidur. Jika demikian bisa jadi diangkatnya Nabi Isa putra Maryam itu dalam keadaan tidur sebagaimana dikatakan oleh Al Hasan Basri.

Penafsiran lainnya lagi datang dari Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Qatadah bahwa ia berkata: Ini termasuk masalah muqaddam dan muakhkhor atau mendahulukan kata yang datang belakangan dan mengakhirkan kata yang datang lebih dahulu. 
 

No comments:

Post a Comment