Bunda Maria 3

Share
(lanjutan dari Bunda Maria 2
Kembali kita pada kisah Maryam, bahwa kehamilannya secara Parthenogenesis tanpa melalui pernikahan sudah menjadi kehendak Allah yang Maha berkehendak, Allah tidak berlaku zalim kepadanya dengan semua kejadian tersebut tetapi justru ini yang membuat derajat Maryam lebih tinggi dihadapan Tuhannya.
Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memlih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia - Qs. 3 ali Imran : 42
Saat dia sedang berada dimihrab, malaikat Jibril datang mendekatinya menjelma dalam perwujudan laki-laki sehingga Maryam yang memang sebelumnya sangat menjaga dirinya itu menjadi terkejut dan merasa takut, khawatir jika laki-laki tersebut akan berbuat sesuatu yang tidak senonoh padanya.
"Lalu Kami mengutus roh Kami kepadanya, maka ia menjelma di hadapannya sebagai manusia yang sempurna" ; Maryam berkata: "Sesungguhnya aku berlindung dari dirimu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu orang yang takut terhadap Tuhan ...! Dia (malaikat) menjawab : Aku ini adalah utusan Tuhanmu, untuk memberimu seorang anak laki-laki yang suci ..! Maryam berkata : Bagaimana mungkin aku bisa memiliki anak laki-laki sedangkan aku tidak pernah disentuh siapapun dan aku juga bukan seorang tukang zina? Dia (malaikat) menjawab : Seperti itulah kehendak Tuhanmu, Dia berkata : Hal ini mudah untuk-Ku dan agar Kami jadikan peristiwa ini sebagai tanda untuk manusia dan rahmat dari sisi Kami, dan ini semua sudah ditetapkan. Maka Maryampun mengandungnya dan ia menyisihkan dirinya berikut kehamilannya itu ketempat yang jauh. - Qs. 19 maryam 18 s/d 22
Kisah diatas bisa ditemui dengan sedikit perbedaan didalam alkitab :
Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria.

Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu.
Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."
Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?"
Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. - Lukas 1 ayat 26 s/d 35
Istilah anak Allah pada ayat tersebut tidak bisa diartikan sebagai anak dalam wujud phisik sebagaimana berlaku pada manusia dengan manusia, sebab dalam alkitab, baik itu Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru penyebutan manusia sebagai anak Allah ataupun sebaliknya penyebutan Bapa terhadap Tuhan sebagai sesuatu hal yang lumrah, sebab itu hanya bersifat metafora bukan dalam makna sesungguhnya.
Maka engkau harus berkata kepada Firaun : Beginilah firman TUHAN : Israel ialah anak-Ku, anak-Ku yang sulung; sebab itu Aku berfirman kepadamu: Biarkanlah anak-Ku itu pergi, supaya ia beribadah kepada-Ku
- Perjanjian Lama : Kitab Keluaran 4 : 22-23
Aku akan memimpin mereka ke sungai-sungai, di jalan yang rata, di mana mereka tidak akan tersandung; sebab Aku telah menjadi bapa Israel - Perjanjian Lama : Kitab Yeremia 31 : 9
Hai anakku, janganlah engkau menolak didikan TUHAN, dan janganlah engkau bosan akan peringatan-Nya. Karena TUHAN memberi ajaran kepada yang dikasihi-Nya, seperti seorang ayah kepada anak yang disayangi. - Perjanjian Lama : Kitab Amsal 3:11-12
Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, katanya : Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. - Perjanjian Baru : Kitab Injil Matius 5: ayat 2 dan 9
Tetapi semua orang yang menerimanya diberinya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namanya - Perjanjian Baru : Kitab Injil Yohanes 1:12
Dengan demikian istilah Anak ALLAH ditujukan bagi orang yang senantiasa membawa perdamaian ditengah masyarakat dan orang yang beriman kepada Tuhan dan Rasul-Nya, lebih jauh dia juga memaknainya bukan dalam arti hubungan darah atau jasmani biologis, akan tetapi hanya sebagai simbol kedekatan Tuhan dengan para hamba-Nya.
Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam aku dan aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus aku Dan aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan yang Engkau berikan kepadaku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti kita adalah satu Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam aku supaya mereka sempurna menjadi satu agar dunia tahu, bahwa Engkau yang telah mengutus aku dan bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi aku. - Perjanjian Baru : Kitab Injil Yohanes 17 : 21-23
Ayat-ayat Injil diatas jelas sekali menceritakan kepada kita bahwa Nabi Isa berkeinginan agar para sahabatnya memiliki hubungan yang dekat kepada sang Maha Pencipta sebagaimana kedekatan dirinya terhadap Tuhan dan pada kesempatan lain, beliau juga memberi penegasan bahwa dirinya hanyalah seorang Rasul Tuhan dan bukan Tuhan itu sendiri.
Demikianlah kata Yesus. Lalu Ia menengadah ke langit dan berkata : ... Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus. - Perjanjian Baru : Kitab Injil Yohanes 17:3
Jawab Yesus: Hukum yang terutama ialah : Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. - Perjanjian Baru : Kitab Injil Markus 12:29
Rasa sakit pada perutnya menjelang melahirkan memaksa Maryam mengasingkan dirinya keluar dari tempat peribadatan yang selama ini ditempatinya.
Maka karena merasa sakit dikala akan melahirkan anaknya, memaksa ia menuju kepangkal pohon korma, seraya berkata : 'Aduhai, alangkah baiknya jika aku mati saja sebelum melahirkan ini sehingga aku akan menjadi sesuatu yang tidak berarti dan akan dilupakan..! - Qs. 19 Maryam : 23
Ayat ini menjelaskan kepada kita mengenai penderitaan Maryam saat itu, dia seorang diri menjelang proses kelahiran anaknya, rasa sakit yang ia tanggung telah membangkitkan rintihan menyayat hati dan belas kasihan siapapun yang mampu merasakannya. Dua kali istri saya melahirkan anak, dan dua kali itu juga saya telah menyaksikan betapa sakitnya detik-detik menjelang proses persalinan tiba, inilah kenapa kita harus sangat mengasihi wanita, mencintai mereka dengan sepenuh hati, tidak membentak atau mengasari kaum wanita, penderitaan kita sebagai laki-laki yang mencari nafkah belum sebanding dengan apa yang mereka rasakan untuk melahirkan kita kedunia. Belum lagi sakit bulanannya yang selalu mendatangi, penat mengurus rumah tangga, bangun diwaktu malam untuk memberi susu pada anaknya, melayani suaminya bahkan sampai ada pula yang ikut mencari rezeki membantu sang suami menafkahi keluarga. Sungguh bila ada laki-laki yang zalim terhadap wanita, menyakiti hati mereka, mengasari tubuhnya maka ia tidak layak disebut sebagai manusia beragama bahkan mungkin dia justru tidak layak disebut sebagai manusia. Tidak salah bila Nabi bersabda syurga itu ada ditelapak kaki ibu. Maryam memang pantas dijadikan teladan bagi wanita manapun, setelah dia mengeluh atas rasa sakitnya, dia sadar bahwa semuanya terjadi atas keinginan Allah, dan manakala dia melihat kesekitar tempatnya berada dia membatin.
Maka ia diseru dari arah yang lebih rendah : 'Jangan engkau berduka cita, Allah sudah menyiapkan bagimu sebuah mata air dan beristirahatlah dibawah pohon korma itu, disana akan berguguran buah-buahnya yang masak, maka makan dan minumlah serta bersenang hatilah engkau.; Jika engkau bertemu dengan seseorang maka jawablah bahwa aku sementara ini bernazar kepada Yang Maha Pengasih untuk diam, karenanya aku tidak akan berbicara dengan siapapun.' - Qs. 19 Maryam : 24 s/d 26
Ayat ini pada konteks aslinya menggunakan kata TAHTI yang memiliki arti DIBAWAH, dan pada ayat ke-24 diatas maksudnya panggilan suara itu datangnya dari bawah sadarnya, seolah ia mendapat ilham ilahi yang menggerakkan dirinya untuk tidak terus larut dalam kesedihan. Memang ada sebagian mufassir memahaminya sebagai seruan malaikat kepadanya, namun ayat tersebut sama sekali tidak menunjukkan akan kehadiran malaikat menjelang proses persalinan itu.

Sedangkan istilah HUZZI ILAIKI sebagian penterjemah al-Quran memahaminya dengan menggoyang pohon korma namun menurut saya kita pun bisa memahami kata tersebut dengan arti bersandar atau beristirahat sebab kata HUZZI disambung dengan kata ILAA. Dari ayat ini bisa pula dipahami bahwa Isa al-Masih lahir pada awal musim gugur karena buah dan daun korma yang menjadi tempat sandaran Maryam berjatuhan saat itu, jadi sekitar tanggal 21 September hingga 21 Desember, sebab diakhir musim gugur didaerah Palestina dan sekitarnya tanggal 21 Desember buah-buahan dan daun-daunan tidak lagi rontok sebab sudah habis dan harus menunggu mulai musim dingin yaitu kurang lebih tanggal 21 Desember hingga 21 maret.

Dengan demikian Isa al-Masih lahir antara bulan September atau Nopember, tidak sebagaimana dongeng yang ada ditengah umat Kristen bahwa kelahirannya pada tanggal 25 Desember dan diperingati sebagai hari Natal. Untuk itu tidak ada yang namanya hari Natal, itu adalah perbuatan yang sama sekali tidak berdasarkan sejarah dan fakta, karenanya pula mengucapkan selamat Natal pada orang Kristen Trinitas tentu saja otomatis tidak dapat dibenarkan dalam aspek apapun.

Toleransi bisa diterima jika itu sesuai dengan fakta dan sejalan dengan nilai-nilai Tauhid Islam namun kasus Natal adalah kasus dimana orang Kristen Trinitas menganggapnya sebagai hari lahir Tuhan si juru selamat, dan jelas ini bertentangan dengan prinsip Qiyamuhu Binafsihi atau Lam Yalid Walam Yulad-nya Allah. Islam tidak memberikan tempat bagi penuhanan Yesus Kristus, Islam tidak memberikan ruang bagi penuhanan bunda Maria, penuhanan bagi Muhammad, bagi al-Quran dan sebagainya, karena itu : say no to other god ! say no to merry Chrismast. ini hanya memperbodoh diri kita saja, memperbudak akal dengan dalih toleransi dan membangkitkan amarah Allah terhadap bentuk penyekutuan terselubung. Toleransi tidak harus dengan saling mengirim selamat, atasan saya dikantor adalah orang Katholik, tetangga saya pun orang Kristen Trinitas, namun itu tidak membuat saya harus berkata : selamat natal kepada mereka.; al-Quran memberikan contoh yang lebih kompleks, lebih dari sekedar hubungan antar teman, antar atasan atau antar tetangga :
Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada dua orang ibu-bapaknya.Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. - Qs. 29 al-Ankabut :8 Katakanlah:"Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan alasan yang jelas, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang yang musyrik" ! - Qs. 12 Yusuf :108 Mereka tidak akan mengikuti kiblatmu, dan kamu pun tidak akan mengikuti kiblat mereka, dan sebagian dari mereka pun tidak mengikuti kiblat sebagian yang lain. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim. - Qs. 2 al-Baqarah: 145
Setelah persalinan usai, Maryam dengan tertatih-tatih menggendong bayinya untuk kembali kekampung halamannya, Nazaret, dan sesuai nazar sebelumnya bahwa dia tidak akan bercakap-cakap kepada siapapun apabila bertemu baik mengenai dirinya maupun status anaknya itu. Ini bisa kita maklumi, betapa berat beban yang harus ia terima atas sikap kaumnya saat mereka mengetahui dirinya melahirkan tanpa melalui pernikahan, mereka pasti akan menuduhnya berbuat zina dan sejenisnya, melayani perkataan mereka hanya akan menimbulkan keributan yang menyakitkan hatinya. Dugaan ini ternyata benar adanya ...
Maryam menggendong bayinya menuju kepada keluarganya, ' Hei Maryam ! Engkau sudah melakukan hal yang keji. Wahai saudara Harun, ayahmu bukan orang yang jahat dan ibumu pun bukan seorang pelacur ! ; Tetapi Maryam hanya menunjuk kepada anaknya. Maka mereka bertanya kembali : 'Bagaimana mungkin kami bisa bertanya kepada seorang bayi yang masih dalam buaian ?'. - Qs. 19 Maryam : 27 s/d 29
Sepanjang sejarah kenabian, ada beberapa orang yang sudah diutus oleh Allah untuk menjadi Nabi sejak kecil atau saat mereka masih berada dalam asuhan orang tuanya. Misalnya Nabi Yahya.
Hai Yahya, ambillah kitab itu dengan sungguh-sungguh dan Kami berikan hukum kepadanya semenjak kecil - Qs. 19 Maryam : 12
Dalam terjemahan al-Quran versi Departemen Agama RI pada catatan kaki no 599 dituliskan sebagai penjelas ayat ini : 'Pelajarilah Taurat itu dan amalkanlah isinya dan sampaikanlah kepada umat.' ; Artinya Nabi Yahya sudah diutus menjadi Rasul sejak masih anak-anak hingga wafatnya. Kata MAHD dan KAHL oleh sebagian mufasirin diterjemahkan sebagai keadaan bayi merah yang baru lahir, akan tetapi jika kita lihat bahwa kata ini dirangkai dengan kata YUKALLIMU yang memiliki arti "berkata-kata dihadapan manusia" tentunya ini maksudnya adalah menyampaikan risalah, bertabligh atau berdakwah. Kata serupa juga bisa ditemui dalam kasus Nabi Zakaria.
Allah berfirman kepada Zakaria : Adapun yang menjadi tanda untukmu adalah engkau tidak akan berkata-kata dihadapan manusia (berdakwah) selama tiga malam berturut-turut.' - Qs. 19 Maryam : 10
Ayat diatas menggunakan kata YUKALLIMUNNASA artinya Zakaria selama tiga hari tiga malam tidak bertabligh dihadapan umum sebagai pertanda bahwa dirinya akan mendapatkan karunia seorang putera sebagaimana doanya kepada Allah. Bila Isa al-Masih disebutkan telah berkata-kata saat masih berupa bayi merah 0 hari, maka ini akan menentang hukum kausalita Tuhan, padahal dari persamaan kasus Zakaria diatas kita bisa menyimpulkan bahwa Isa al-Masih mulai melakukan dakwah dihadapan manusia sejak ia masih anak-anak, bukan saat ia masih berbentuk orok.; Jikapun Isa al-Masih berkata-kata dalam kondisi bayi merah, maka kalimat pada ayat tersebut akan berbunyi YATAKALLMU atau TATAKALLAMU. Muhammad Abduh dalam tafsir al-Manar III/307 menjelaskan :
Kata KAHL adalah seorang lelaki yang gagah perkasa, tidak terbatas pada umur tertentu, sedang kata MAHD ditujukan kepada orang yang sudah bisa berkata-kata, yaitu yang sudah berumur setahun keatas. Sedangkan orang yang usianya dibawah satu tahun tidak termasuk dalam pengertian MAHD ini. Apalagi diayat tersebut kata MAHD dilanjutkan dengan kata ANNAAS (manusia), sehingga mengandung pengertian yang diucapkan Isa al-Masih adalah perkataan yang bisa dimengerti oleh manusia, sebab perkataan bayi merah tidak mungkin bisa dipahami.
Dus, ucapan orang-orang terhadap Maryam saat ia menunjuk bayinya : 'Bagaimana mungkin kami bisa bertanya kepada seorang bayi yang masih dalam buaian ?'. kata buaian dalam teks tersebut adalah SHABIYYA bukan MAHD, sedangkan arti SHABIYYA adalah bayi, dan ini tidak sinonim dengan MAHD (berada dalam asuhan). Mari kita lihat juga ucapan Isa al-Masih :
Ia berkata : aku ini adalah hamba Allah, diberi kitab dan dijadikan seorang Nabi, aku diberkati dimanapun berada serta diperintahkan untuk Sholat dan mengeluarkan zakat sepanjang hidupku, berbakti kepada ibuku dan aku juga tidak diperintahkan menjadi orang yang durhaka dan sombong. Kesejahteraan semoga dilimpahkan atas diriku, saat aku lahir, mati dan saat aku dibangkitkan kembali (dihari kiamat).' ; Itulah Isa putera Maryam, yaitu ucapan yang haq ...- Qs. 19 Maryam 30 s/d 34
Sekarang, dari perkataan Isa tersebut : 1. Tidak mungkin seorang bayi bisa melakukan sholat dan mengeluarkan zakat 2. Tidak mungkin seorang bayi berlaku sombong dan durhaka kepada ibunya Kedua poin diatas tidak bisa ditujukan kepada seorang bayi yang baru lahir, namun lebih tepat dinisbahkan kepada seorang yang sudah lebih dewasa, paling tidak usianya tidak dibawah 1 tahun apalagi 0 hari. Bila kita meninjau lagi kedalam alkitab, akan kita dapati informasi bahwa Isa al-Masih memang pernah menyampaikan risalah Tuhan sejak ia masih anak-anak :
Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.
Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padanya.
Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah.
Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu.
Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tuanya.
Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka.
Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari dia.
Sesudah tiga hari mereka menemukan dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar dia sangat heran akan kecerdasannya dan segala jawab yang diberikannya
- Lukas 2 ayat 39 s/d 47
Akhirnya, semuanya kembali kepada kita, apa dan bagaimana cara memahami al-Quran berikut kisah-kisah yang ada didalamnya ...

No comments:

Post a Comment