Tips-Tips Cinta Buku

Share Tips Cinta Buku-Cinta Baca
Oleh. Ahmad Khotib

Hampir semua orang ingin berlama-lama membaca buku, majalah, jurnal, koran, dlsb. Tetapi, tidak banyak yang merasa nikmat dalam kegiatan membaca. Betapa asyiknya jika “membaca” telah menjadi budaya, bagian hidup, dan nafas kehidupan kita?! Ingin sekali kita menyatakan kalimat ini dengan sebenarnya: “Bukuku nafasku. Bukuku ruhku. Bukuku hidupku. Bukumu…aku mau pinjam!”-
Mungkin, harus diupayakan beberapa tips agar kita merasa nikmat dalam membaca. Berlama-lama berteman buku. Mesti dicarikan cara agar kita mampu memesrai buku. Kira-kira apa ya..? Barangkali berikut ini. Barangkali, sich :

1. Yakinlah bahwa buku adalah jendela dunia (the book is window of the world). Kata “yakinlah” bermakna pemahaman yang tak bisa diotak-atik lagi... Jendela pada rumah berguna untuk melihat dunia dengan tanpa harus badan kita keluar. Chairil Anwar pernah berpuisi: Aku serahkan kamar ini pada dunia melalui jendela (aw kamaa qaala). Buku, akan mengantarkan kita melihat dunia meski kita tak pernah keliling bumi. Kita akan melek karena buku.
2. Banyak orang bilang “Pengalaman adalah guru yang terbaik”. Dalam hal ini, saya masih menyepakati bahwa “Buku tetaplah guru yang terbaik”. Pengalaman mengajarkan kepada kita setelah kita atau orang lain jatuh. Sedang buku membimbing sebelum kita melangkah. Kalau begitu, guru yang mana yang terbaik? Jawabannya mudah: buku.
Beberapa teman menolak pandangan ini; ada yang disampaikan secara langsung, ada pula melalui sms. Teman-teman saya itu bilang: bukankah buku ditulis berdasar pada pengalaman? Dalam “hati” saya hanya bergumam: tidak semua buku begitu kok. Dalam kata lain: saya tetap teguh (he he) pada pandangan awal. Buku tetap guru yang terbaik. Dan bukan pengalaman.
3. Untuk mampu memesrai buku, kita juga harus memiliki “pengetahuan awal” tentang buku tersebut, khususnya:
a. Judul atau tema buku. Mengetahui sedikit tentang judul atau tema yang dibahas buku yang sedang kita pegang, kita pasti ingin sekali melahapnya habis.
b. Pengarang atau sang penulis buku. Misalnya, kita pernah bertatap-pandang dengan Gus Mus (KH. A. Musthofa Bisri itu) karena Gus Mus pernah berkunjung ke daerah kita. Menyampaikan ceramah atau sedikit sambutan. Sebagai tokoh nasional, kita merasa kagum. Eh, tahu-tahu, suatu hari di koran, Gus Mus, yang pernah berkunjung ke daerah kita, menulis. Atau kita berjumpa dengan buku buah karya Gus Mus, maka kita pasti ingin sekali membaca tulisan atau buku itu. Pasti. Tak bisa tidak. Keinginan itu akan sulit kita bendung. Demikian pula dengan tokoh atau penulis lain, seperti Dr. KH. Said Aqil Siraj, KH. D. Zawawi Imron, Darmaningtyas, dlsb.
c. Mengenal sedikit penerbit buku tersebut. Umpamanya, kita pernah berkunjung LKiS di Yogyakarta atau silaturrahim ke penerbit Khalista di Surabaya, dll. Setelah pulang ke rumah kita, tahu-tahu ada seorang teman memegang buku baru terbitan LKiS atau Khalista, penerbit yang pernah kita kunjungi itu, dapat dipastikan keinginan kita untuk membacanya akan besar. Aku pernah berkunjung ke penerbit buku ini, lho. Demikian, mungkin, gumam kita. Selanjutnya, kita pasti berhasrat membaca buku tersebut dengan rakus.
Pengetahuan sedikit yang dimaksud bukan memiliki pengetahuan banyak tentang segala hal dari buku itu. Jika tema/judul, penulis, dan penerbitnya sudah kita ketahui semuanya, ya kita tidak akan berhasrat lagi membacanya. Saya sudah tahu buku itu, semuanya! Tetapi jika begitu, beruntunglah kita. Benar kan?

*Kita memang harus menjadi pembaca yang RAKUS. MENAMBANG ilmu dan pengetahuan dari berbagai sumber.
*Semoga tips ini bermanfaat. Amien.

Wallaahu A’lam bis Shawaab

No comments:

Post a Comment